AUDIT BERBASIS RISIKO - Sesuai ISA
BAB 4 AUDIT BERBASIS RISIKO
Pelakuan Risiko
GAAS (General Accepted Audit Standart) "Amerika"
ISA (Internasional Standart Auditing ) "Eropa"
Konsep Dasar Audit Berbasis Risiko
:> Reasonable Assurance (Asuran Yang Layak)
Audit memiliki bukti yang cukup dan tepat untuk menekan risiko audit. Risiko Audit hanya bisa ditekan sampai "An Acceptably Low Level".
:> Inherent Limitation (Kendala Bawaan)
* Bukti Audit lebih bersifat persuasife (menguatkan) bukan conclusive (meyakinkan secara mutlak)
* Auditor memakai sampel, jadi setiap sampel (kurang dari 100%) mengandung risiko bahwa salah saji yang tidak terdeteksi
* Kecurang canggih tidak terdeteksi
* Tidak terdeteksinya bukti yang hilang
* Manajemen tidak memberikan semua info
;> Auditor Scope (Lingkup Audit)
Auditor Scope itu hanya laporan keuangan, dan memberikan opini. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) opini tidak menjamin bertahannya entitas di masa yang akan datang, WTP juga dapat mencerminkan apakah manajemen mengelola entitas dengan efektif dan efisien.
:> Material Misstatements (Salah saji Material)
* Terjadi sendiri-sendiri atau bersama
* Berupa salah saji yang tidak terdeteksi
* Pengungkapan yang menyesatkan
* Kesalahan dan Kecurangan
:> Assertion (Asersi)
Asersi merupaka pernyataan yang diberikan manjemen secara eksplisit maupun implisit yang tertanam didalam atau merupakan bagian laporan keuangan.
Asersi berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan.
Risiko Audit adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas laporan keuangan yang disalah sajikan secara material. Tujuan Audit adalah menekan risiko ke tingkat yang dapat diterima auditor / Acceptably Low Level.
Untuk menekan risiko sampai Acceptably Low Level Auditor harus :
* Menilai Risiko salah saji meterial
* Menekan Risiko perdeteksian
* Merancang dan Melaksanakan prosedur audit yang tepat sebagai tenggapan terhadap risiko yang dinilai
Risiko Audit terdiri dari tiga unsur utama:
1. Inherent Risk : Ketentuan suatu asersi (saldo, transaksi, pengungkapan) terhadap salah saji yang meterial, sendiri/tergabung tanpa memperhitunkan pengendalian terkait (tujuan entitas, sifat operasi, lingkungan peraturan, ukuran dan kompeksitas entitas).
2. Control Risk : Risiko suatu salah saji bisa terjadi dalam suatu asersi (saldo, trasaksi, pengungkapan) bisa material sendiri/ tergabung dengan salah saji lainnya, tidak tercegah/ terkoreksi/terdeteksi pada waktunya oleh pengendalian entitas.
3. Detection Risk : Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan auditor untuk enekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, tidak akan mendeteksi salah saji yang bisa material, secara individu/ tergabung dengan salah saji lain.
Pelakuan Risiko
GAAS (General Accepted Audit Standart) "Amerika"
ISA (Internasional Standart Auditing ) "Eropa"
Konsep Dasar Audit Berbasis Risiko
:> Reasonable Assurance (Asuran Yang Layak)
Audit memiliki bukti yang cukup dan tepat untuk menekan risiko audit. Risiko Audit hanya bisa ditekan sampai "An Acceptably Low Level".
:> Inherent Limitation (Kendala Bawaan)
* Bukti Audit lebih bersifat persuasife (menguatkan) bukan conclusive (meyakinkan secara mutlak)
* Auditor memakai sampel, jadi setiap sampel (kurang dari 100%) mengandung risiko bahwa salah saji yang tidak terdeteksi
* Kecurang canggih tidak terdeteksi
* Tidak terdeteksinya bukti yang hilang
* Manajemen tidak memberikan semua info
;> Auditor Scope (Lingkup Audit)
Auditor Scope itu hanya laporan keuangan, dan memberikan opini. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) opini tidak menjamin bertahannya entitas di masa yang akan datang, WTP juga dapat mencerminkan apakah manajemen mengelola entitas dengan efektif dan efisien.
:> Material Misstatements (Salah saji Material)
* Terjadi sendiri-sendiri atau bersama
* Berupa salah saji yang tidak terdeteksi
* Pengungkapan yang menyesatkan
* Kesalahan dan Kecurangan
:> Assertion (Asersi)
Asersi merupaka pernyataan yang diberikan manjemen secara eksplisit maupun implisit yang tertanam didalam atau merupakan bagian laporan keuangan.
Asersi berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan.
Risiko Audit adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas laporan keuangan yang disalah sajikan secara material. Tujuan Audit adalah menekan risiko ke tingkat yang dapat diterima auditor / Acceptably Low Level.
Untuk menekan risiko sampai Acceptably Low Level Auditor harus :
* Menilai Risiko salah saji meterial
* Menekan Risiko perdeteksian
* Merancang dan Melaksanakan prosedur audit yang tepat sebagai tenggapan terhadap risiko yang dinilai
Risiko Audit terdiri dari tiga unsur utama:
1. Inherent Risk : Ketentuan suatu asersi (saldo, transaksi, pengungkapan) terhadap salah saji yang meterial, sendiri/tergabung tanpa memperhitunkan pengendalian terkait (tujuan entitas, sifat operasi, lingkungan peraturan, ukuran dan kompeksitas entitas).
2. Control Risk : Risiko suatu salah saji bisa terjadi dalam suatu asersi (saldo, trasaksi, pengungkapan) bisa material sendiri/ tergabung dengan salah saji lainnya, tidak tercegah/ terkoreksi/terdeteksi pada waktunya oleh pengendalian entitas.
3. Detection Risk : Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan auditor untuk enekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, tidak akan mendeteksi salah saji yang bisa material, secara individu/ tergabung dengan salah saji lain.
Suatu
audit berbasis risiko mengandung tiga langkah kunci :
1. Risk
assessment (menilai risiko)
Melaksanakan prosedur penilaian risiko
untuk mengindentifikasi risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan.
2. Risk
response ( menanggapi risiko)
Merancan dan melaksanakan prosedur audit
selanjutnya yang menganggapi risiko salah saji yang material yang telah
diidentifikasi dan nilai, pada tingkat laporan keuangan dan arsersi.
3. Reporting
(pelaporan)
Tahap
melaporkan meliputi
a. Merumuskan
bukti audit yang diperoleh
b. Membuat
dan menerbitkan laporan yang tepat, sesuai kesimpulan yang ditarik
Dalam merencanakan
kombinasi prosedur audit yang tepat untuk menanggapi risiko:
1. Uji
pengendalian
a. Identifikasi
pengendalian yang relevan yang jika diuji dapat mengurangi lingkup prosedur
subtantif lainnya. Namun, tidak ada keharusan untuk menguji berfungsinya
pengendalian intern (langsung atau tidak langsung)
b. Identifikasi
setiap asersi yagn tidak dapat di tangani dengan prosedur substantif saja.
2. Prosedur
analitikal substantif
Ini adalah prosedur dimana jumlah total
sesuatu arus transaksi (misalnya penjualan) dapat di perkirakan dengan cukup
tepat berdasarkan bukti yang tersedia. Ekspektasi atau perkiraan di bandingkan
dengan jumlah ( penjualan) sebenarnya seperti tercataa dalam pembukuan, dan
selisih nya atau salah saji langsung teridentifikasi.
3. Pedadakan
(unpredictability)
Dalam hal tertentu, auditor perlu
memasukkan unsur pendadakan dalam prosedur audit misalnya ketika menanggapi
salah saji material karna kecurangan.
4. Management
override
Auditor juga mempertimbangkan perlu nya
prosedur audit yang spesifik menangani kemungkinan manajemen override atau
putusan manajemen untuk meniadakan atau mengabaikan pengendalian dengan membuat
“pengecualian”.
5. Significant
Risks
Istilah significant risks atau risiko
signifikan dalam ISAs mempunyai makna khusus.
Pelaporan Atau
Reporting
Tujuan auditor adalah merumuskan opini
mengenai laporan keuangan berdasarkan evaluasi atas kesimpulan yang di tarik
atas bukti audit yang di peroleh dan memberikan opini yang jelas, melalui
laporan tertulis, yang juga menjelaskan dasar ( untuk memberikan) pendapat
tersebut.
Dokumentasi
Dokumentasi audit yang cukup, di
haruskan agar auditor yang berpengalaman, yang
tidak berhubungan dengan audit itu, memahami:
1. Sifat,jadwal
waktu, dan luas nya prosedur audit yang di laksanakan
2. Hasil
pelaksana prosedur tersebut dan bukti audit yang di peroleh dan
3. Hal-hal
penting yang timbul selama audit berlangsung kesimpulan yang di tarik dan
kearifan professional yang di terapkan untuk sampai pada kesimpulan itu.
Dokumentasi audit untuk entitas yang
lebih kecil umumnya tidak se ekstensif dokumen tasi audit yang entitas yang
lebih besar.auditor tidak perlu mendokumentasikan :
1. Hal
kecil yang di pertimbnagkan, atau semua kearifan profesional yang di terapkan
dalam audit dan
2. Kepatuhan
terhadap hal-hal yang di tunjukan dengan jelas dalam dokumen lain dalam audit
file.
Manfaat Audit Berbasis Risiko
1. Fleksibilitas
waktu
Karena prosedur penilaian risiko tidak
menguji transaksi dan saldo secar rinci, prosedur itu dalam di laksankan jauh
sebelum akhir tahun (dengan asumsi , tidak ada perubahan operasinal yang
besar).
2. Upaya
tim audit terfokus pada area kunci
Dengan memahami dimana risiko salah saji
material bisa terjadi dalam laporan keuangan, auditor dapat mengarahkan tim
audit ke hal-hal dan beriko tinggi dan mengurangi pekerjaan pada lower risk
areas. Dengan demikian sumber daya atau staff audit di manfaatkan
sebaik-baiknya.
3. Prosedur
audit terfokus pada risiko
Prosedur audit selanjutnya di rancang
untuk menanggapi risiko yang di nilai. Oleh karena itu, uji rincian yang hanya
menanggapi risiko secara umum akan dapat di kurangi secara signifikan atau
bahkan sama sekali di hilangkan.
4. Pemahaman
atas pengendalian internal
Pemahaman terhadap pengandalian intern
(yang di wajibkan ISA) memungkin auditor mengambil keputusan yang tepat, untuk
menguji/tidak menguji efektif nya pengendalian intern.
5. Komunikasi
tepat waktu
Pemahaman terhadap pengendalian intern
yang meningkat, memungkinkan auditor mengidentifikasi kelemahan dalam
pengendalian intern, yang sebelumnya tidak di ketahui.
ISAs untuk Entitas Kecil
ISAs tidak membedakan pendekatan audit
untuk entitas yang terdiri dari satu orang dan pendekatan audit untuk entitas
yang mempekerjakan ribuan pegawai. Suatu audit adalah suatu audit, an audit is an audit! Konsekuensinya
ialah, pendekatan dasar suatu audit tidak berubah sekedar karena entitasnya
kecil.
Comments
Post a Comment