suwardjono BAB 9 BIAYA
TUGAS TEORI AKUNTANSI
BAB 9 BIAYA
Disusun
oleh Kelompok 8:
Hannik
Inayatur Rahma (13312402)
Elsa
Delviana (13312424)
Merryzsa
Septerie Anitha (13312506)
Kelas
E
Dosen
Pengampuh:
Yuni Nustini
Tahun
Pelajaran
2015/2016
Kata
Pengantar
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, atas Rahmat-Nyalah kami bisa membuat tugas teori
akuntasi, dengan baik dan lancar tanpa adanya halangan yang menerpa kepada
kelompok kami.
Dan kami
berterima kasih kepada dosen pengampuh ibu Yuni Nustini karena
telah memberikan tugas ini agar kami bisa merangkum dan membuat sebuah tugas
dengan kata-kata kami.
Kami
merasa banyak sekali kekurangan dalam memilih kata-kata pada saat merangkum
sebuah karya orang lain ke kata-kata kami. Kami mengharapkan saran, kritik dan
masukan semua pihak yang membaca tugas kami ini.
Yogyakarta,
10 Desember 2015
Kelompok 8
9
Biaya
Kos sebagai bahan
olahan akuntansi mengalami tiga tahap perlakuan yaitu pengukuran, penelusuran,
dan pembebanan. Kos akan diperlakukan mula-mula sebgai aset dan emudian baru
diperlakukan sebagai bebean pendapatan. Biaya disebut beban pendapatan karena
biaya mengurangi pendapatan yang secara teknis penutupan buku biaya memang
dibebankan di debit dalam akun laba rugi. Jadi, beban pendapatan sebagai satu
kesatuan pengerian juga dapat disebut
pula dengan pengurangan pendapatan sehingga beban pendapatan tidak bisa disebut
beban aau pengurang saja.
Ada dua karakteristik
utama yang melekat pada makna biaya yaitu :
·
Aliran
keluar atau penurunan aset
·
Akibat
kegiatan yang membentukoperasi utama yang menerus
Ada kareakteristik yang
bersifat sebagai konsekuensi, pendukung atau penjelas. Kareakteritik utama dan
pendukung dibahas berikut ini
Penurunan
aset
Untuk mengatakan biaya
timbul, harus ada yang menyatakan transaksi tau kejadian yang menurunkan aset
atau menimbulkan aliran aset keluar atau sumber ekonomik. Aset disini diartikan
semua aset kesatuan usaha.
Orerasi
utama yang menerus
Biaya adalah penurunan
aset yang berkaitan dengan operasi dan bukan investasi dan pendanaan. Tidak
semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya. Agar menjadi biaya konsumsi
tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral kesatuan usaha,
kegiatan utama adalah kegiatan yang menciptakan laba.
Kenaikan
kewajiban
Semua badan autoritatif
mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan aset tetapi juga dari
kenaikan kewajiban. Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk
mencangkupi pula pos-pos yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun.
Penurunan
ekuitas
Definisi APB dan IAI
secara eksplisit menyebutkan bahwa penurunan aset akhirnya akan mengubah
ekuitas atau menurunkan ekuitas. Pendefinisian ini sebenarnya menegaskan bahwa
akuntansi menganut konsep kesatuan usaha sehingga ekuitas secara konseptual
adalah hutang perusahaan kepada pemilik. Oleh karena itu turunnya aset sebagai
biaya harus mengakibatkan turunnya ekuitas. Bila wkuitas tidak terpengaruh,
jelas turunnya aset bukan merupakan biaya.
Aliran
fisis atau moneter?
FASB memisahkan antara
pengertian biaya dan pengukuran biaya. Bahwa biaya timbul dari
penyerahan/produksi barang atau dari
pelaksanaan jasamemberi isyarat bahwa FASB memanai biaya sebagai kejadian
fisis. Bila aset diganti dengan barang dan jasa, aliran tersebut jelas
menunjukkan aliran fisis. Secara semantik, biaya seharusnya didefinisi sebagai
perubahan atau penurunan nilai sehingga timbulnya biaya harus merupakan
kejadian moneter.
Rugi
Seperti halnya untung,
argumen diajukan untuk menjawab perlu atau tidaknya biaya dibedakan dengan
rugi. FASB memfokuskan pengertian biaya hanya untuk penurunan aset yang
berkaitan dengan operasi utama atau sentral. Namun tidak berarti bahwa
penurunan aset tidak berkaitan dengan operasi utama lalu diklasifikasi menjadi
non operasi. Ada kata kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah :
·
Penurunan
ekuitas
·
Transaksi
periferal atau insidental
·
Selain
apa yang didefinisi sebagai biaya ataau selain distribusi ke pemilik
Rugi perlu didefinisi
sebgai elemen dan dibedakan dengan biaya olehFASB. Seperti untung, empat sumber rugi yang
diidentifikasi FASB adalah:
·
Periferal
dan insidental, misalnya penjualan investasi dalam surat berharga, penjualan
aset tetap, pelunasan hutang obligasi sebelum jatuh tempo.
·
Tranfer
nontimbal-balik dengan pihak lain : misalnya pencurian dan pembayaran ganti
rugi dari kekalahan dalam tuntutan perkara hukum.
·
Penahanan
aset : misalnya penurunan harga sekuritas investasi, penurunan nilai-tukar
valuta asing dan penurunan harga karena penahanan sediaan
·
Faktor
lingkungan : misal ganti rugi asuransi musibah alam yang lebih rendah dari kos
aset yang rusak. Contoh lain adalah lenyapnya manfaat aset yang tidak
diasuransi akibat kebakaran.
Paton dan Littleton
mendefinisi rugi sebagai hal yang bedadengan biaya yang merupakan penyerapan
atau pengorbanan kos tanpa suatu kompensasi atau kembalian. Seharusnya kos yang
telah dikorbankan tapi tidak ada imbalan atas barang atau jasa yang diterima
tidak dapat dianggap sebagai rugi begitu saja. Mungkin dari kondisi lingkungan
tertentu kos tersebut dapat dianggap tugi, tetapi tidaklah demikian kalau
dipandang dari sudut kondisi perusahaan dalam lingkunagan ekonomi dan sosial
tempat perusahaan beroprasi, misal sumbangan untuk palang merah.
Pengakuan
biaya
Pengakuan biaya tidak
dibedakan dengan pengakuan rugi. Pengakuan menyangkut masalah kriteria
pengakuan yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nillai aset yang
memenuhi definisi biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat pengakuan yaitu
peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa kriteria pengakuan telah dipenuhi.
Kriteria
pengakuan
·
Konsumsi
manfaat biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai entitas
telah dimanfaatkan atau dikonsumsi
·
Lenyapnya
atau berkurangnya manfaat masa mendatang. Biaya atau rugi diakui bilamana aset
yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah berkurang manfaaat ekonomiknya
atau tidak mempunyai manfaat ekonomik
Kaidah
atau saat pengakuan
·
Konsumsi
manfaat
Konsumsi
manfaat ekonomik selama satu perioda dapat diakui lansung pada saat terjadinya
atau diakui bersaaan dengan pengakuan pendapatan yang berkaitan.
·
Lenyapnya
atau berkurangnya manfaat masa datang
Biaya
atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau jelas bahwa manfaat ekonomik
masa datang suatu aset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau lenyap atau
bahwa kewajiban timbul atau bertambah tanpa adanya manfaat.
Kaidah
pengakuan APB
·
Mengasisoasi
sebab akibat.
Beberapa
kos diakui sebagai biaya atas dasar asosiasi langsung dengan pendapatan
tertentu
·
Alokasi
sistematik dan rasional.
Bila
tidak ada cara langsung untuk mengasisosisasi sebab akibat
·
Pengakuan
segera
1.
Kos
yang terjadi dalam perioda berjalan tidak memberi manfaat masa datang yang cukup nyata
2.
Kos
yang dicatat sebagai aset dalam perioda-perioda sebelumnya tidak lagi mempunyai
manfaat ekonomik yang cukup nyata
3.
Mengalokasi
kos baik atas dasar asosiasi dengan pendapatan atau dasar atas perioda
akuntansi dipandang tidak mempunyai menfaat yang berarti
Hubungan
kos dan biaya
Bebrapa sumber
mendefinisi biaya biaya dalam pengertiannya dengan pengertian kos karena memang
biaya tidak dapat dipisahkan dengan kos. Kos adalah pengukur biaya atau biaya
derepresentasi dengan kos secara teknis dan praktis biaya sering disebut dengan
kos saja.
Proses
dan konsep penandingan
Proses penandingan
adalah prses penentuan laba dengan cara mengukur atau menakar dahulu pendapatan
untuk suatu perioda dan barulah kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan
pendapatan tersebut. Konsep atau prisip penandingan adalah dasar pemikiran
untuk menghubungan pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan bemakna.
Kelayakan
ekonomik
Masalah penandingan
terletak pada penentuan dasar atau basis yang memuaskan untuk menyatukan
pendapatan dan biaya. Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan
ekonomik dan bukan fisis. memang enandingan menuntut identifikasi konsumsi
manfaat aset atau jasa secara fisis tetapi nilai aset atau jasa yang dikonsumsi
juga harus ditentukan secara tepat dengan memperhatikan kondisi yang
melingkupinya.oleh karena itu dasar penandingan yang paling utama adalah kelayakan
ekonomik bukan hanya dasaraliran fisis.
Menandingkan
bukan mengkompensasi
Biaya komisi penjualan,
biaya angkut pengiriman dan biaya lain-lain yang bersangkutan dengan transaksi
penjualan dikurangkan lansugn terhadap hasil penjualan dan hanya jumlah rupiah
netonya diatatdalam akun penjualan dan penjualan dilaporkan sebesar jumlah
netonya.
Basis
asosiasi
dalam rangka
menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi yang
menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi
adalah:
1.
Asosiasi sebab
akibat
konsep upaya dan capaian menyatakan bhwa
biaya merupakan upaya dalam rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini
berarti ada hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan. Oleh karena itu
basis enandingan yang paling masuk akal adalah sebab akibat walaupun basis ini
lebih merupakanasumsi daripada kenyatan arena dalam banyak halsulit untuk
dibuktikan secara meyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan.
2.
Identifikasi kos
produk
Produk terjual merupakan takaran
penandingan, kos produk akan dipecah menjadi dua komponen yaitu kos produk yang
telah terjual dan kos produk yang belum terjual dan masih menjadi aset
perusahaan. Kos yang melekat pada produk terjual akan lansung dibebankan
sebagai biaya. Kos sediaan baru dibebankansebagai biaya kalau produk telah
terjual. Masalah teknis yang timbul adalah tidak semua kos potensi jasa dapat
dengan mudah dikaitkan dengan unit produk. Dengan demikian juga, tidak semua
unsur kos produksi dapat secara langung dikaitkan dengna unit fisis produk atau
dengna suatu angkatan produksi.
Secara teoritis dan praktis, kalau hubungan sebab
akibat harus dipertahankan , hanya kos variabellah yang sebenarnya dapat dngan
mudah diidentifikasi dengan produk, karena besarnya kos variabel sangat
ditentukan oleh volume produksi. Kos varibael meliputi kos produksi dan non
produksi.
Produk
Usang atau Musiman
Persoalan terkait dengan penandingan atas dasar
sebab-akibat adalah apakah kos produk musiman yang tidak terjual merupakan
sebab (biaya) atau akibat (rugi). Dalam hal ini Paton dan Littleton menegaskan
bahwa penandingan harus didasarkan pada kelayakan ekonomik. Dalam keadaan yang
khusus sebagian kos sediaan barang yang tidak terjual dalam suatu perioda
secara logis dapat dijadikan komponen kos barang terjual. Dengan kata lain,
sediaan akhir yang tidak terjual sebenarnya merupakan upaya (biaya) atau sebab
untuk mendatangkan penjualan yang dicapai pada musim tertentu.
Barang
Rusak
Kelayakan ekonomik menuntut pertimbangan dengan memperhatikan
kondisi yang melikupi suatu masalah. Bila kerusakan produk merupakan hal yang
wajar atau bukan merupakan prasyarat untuk menghasilkan barang dengan kualitas
baik, kos barang yang rusak dapat dianggap sebagai upaya menghasilkan
pendapatan.
Identifikasi
Kos Nonproduk
Kalau penandingan atas dasar sebab-akibat akan
dipertahankan maka secara logis tidak seluruh kos nonproduksi akan dibebankan
sebagai biaya. Perlakuan seperti ini didasarkan pada argumen bahwa suatu
potensi jasa yang telah dikonsumsi (used
up) belum memberikan manfaat dalam perioda sekarang tetapi juga tidak
merupakan rugi maka kos tersebut tentunya akan memberikan manfaat di masa
mendatang. Oleh karena itu, perlu adanya alokasi agar dapat dicapai penandingan
yang tepat antara biaya dan pendapatan yang dihasilkan.
Meskipun hal ini mampu memberikan manfaat di masa
mendatang, apabila terjadinya kos yang tidak merepresentasi nilai tambah
terhadap produk, akuntansi dapat menganggap kos nonproduksi bersifat
taktersediaankan (uninventoriable).
Penangguhan semacam ini hanya berakibat meratakan laba tetapi tidak menambah
muatan informasi.
Selain itu hubungan sebab-akibat harus dapat
diidentifikasi. Bila kos tidak dapat dikaitkan dengan pendapatan masa datang
dengan cukup jelas dan teliti, tidak layaklah untuk menunda pembebanan sebagai
biaya.
Jadi, dalam kaitannya dengan penanding sebab-akibat, kos
nonproduksi tidak harus ditunda pembebanannya untuk dikaitkan dengan pendapatan
masa datang yang dapat dikaitakan dengan kos nonproduksi tersebut.
Biaya
Antisipasian
Biaya antisipasian (anticipated
expenses) adalah biaya yang dianggap menyebabkan timbulnya pendapatan
tetapi baru terjadi setelah pendapatan diakui.
Alokasi
Sistematik dan Rasional
Alokasi sistematik dan rasional merupakan proses penandingan
dengam perioda sebagai penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut
penandingan perioda (period matching).
Adanya berbagai metoda alokasi menunjukkan bahwa akuntansi berusaha untuk
menyelaraskan pola penyerapan kos yang kira-kira mendekati pola pemanfaatan
potensi jasa sehingga konsep penandingan yang tepat dapat dicapai. Depresiasi
asset tetap merupakan contoh masalah ini. Alasan lain yang mendukung dasar
penandingan ini adalah:
- Banyak jenis biaya yang
berkaitan secara tidak langsung dengat pendapatan perioda berjalan.
- Sulitnya mencari kaitan
langsung antara biaya-biaya dengan pendapatan.
- Manfaat ekonomik tidak dapat
dikaitkan dengan perioda-perioda masa datang.
- Pembebanan langsung tidak
mempengaruhi laba secara material.
- Memaksakan alokasi (baik antar
perioda atau antar kegiatan) terutama untuk kos bergabung atau bersama (joint atau common cost) meskipun basisnya arbitrer.
Dengan
perioda sebagai takaran, alokasi sistematik lebih menggambarkan kelayakan
ekonomik daripada pembebanan langsung semua manfaat pada saat terjadinya atau
daripada pendekatan tanpa alokasi.
Kriteria
Penangguhan
Kriteria penguji umum dapat dijadikan dasar untuk
menentukan apakah suatu jenis kos jasa yang terjadi pada suatu perioda akan
dibebankan langsung atau akan ditunda dapat dikemukakan sebagai berikut:
- Pengeluaran kos tersebut
terjadi karena transaksi, kejadiaan, atau keadaan yang didukung oleh bukti
yang sah.
- Pengeluaran tersebut dapat
dibenarkan dari segi operasi perusahaan pada umumnya dan bukan merupakan
pengeluaran atau bersifat kecerobohan, keborosan, atau ketakbijaksanaan.
- Kos jasa dapat ditangguhkan
pembebanannya walaupun dapat pula dibebankan langsung.
- Kos jasa tersebut merupakan
jenis pengeluaran yang terjadi berulang-ulang tiap perioda (recurring).
Jadi,
kos nonperasi yang berulang terjadinya cukup beralasan untuk langsung
dibebankan daripada ditunda atau disediakan untuk mencapai tepat-tanding.
Alokasi
Kos Bergabung atau Bersama
Kos bergabung biasanya berkaitan dengan produk utama dan
samping. Bila tiap laba produk utama dan samping harus dilaporkan terpisah,
alokasi jelas harus dilakukan untuk menentukan kos masing-masing produk.
Alokasi kos bergabung atau bersama bersifat internal
dalam suatu perioda sehingga hasilnya tidak dapat mempengaruhi kos operasi
total untuk perioda tersebut meskipun dasar alokasi agak arbitrer. Hendriksen
menyatakan bahwa alokasi secara arbitrer antarperioda akan lebih menyesatkan
hasilnya daripada tidak dilakukan alokasi karena alokasi memberi kesan adanya
ketepatan yang dalam kondisi tertentu mungkin tidak dapat dipenuhi.
Alokasi
Bukan Saran Pemerataan Laba
Dalam akuntansi menejerial dikenal metoda yang disebut
pengkosan normal (normal costing).
Dengan metoda ini, kos overhead dibeban ke produk atas dasar tariff taksiran
untuk suatu perioda. Tujuannya adalah agar kos produksi untuk perioda interim
(bulanan) menggambarkan kos yang tepat dibandingkan kos actual perioda
tersebut. Hal ini dilakukan mengingat pos-pos overhead tidak terjadi secara
merata setiap tahun.
Tujuan alokasi interim bukan untuk mengaburkan
perkembangan laba melainkan untuk menjadikan statemen laba-rugi interim
bermanfaat untuk kepentingan manajerial. Untuk mengatasi fluktuasi laba
tahunan, cara terbaik adalah menerbitkan serangkaian statemen laba-rugi tahunan
seperti apa adanya bukan serangkaian statemen laba yang telah diratakan.
Pendekatan
Nonalokasi
Thomas menyatakan bahwa alokasi dapat dipertahankan
apabila tiga karakteristik berikut dipenuhi:
- Ketertambahan (assitivity). Keseluruhan harus sama
dengan hasil penggunggungan bagian-bagian. Jadi, jumlah-jumlah alokasian (allocated amount) kalau digunggung
kembali harus menjadi total sebelum alokasi.
- Ketakraguan (unambiguity). Metoda alokasi harus
unik dan jelas untuk tiap tujuannya. Artinya untuk tuajuan yang sama tidak
boleh terdapat beberapa pilihan metoda.
- Ketepertahankan (defensibility). Untuk metoda
alokasi yang dipilih, penentuan kebijakan harus dapat mempertahankan
argument yang meyakinkan bahwa pilihannya untuk dan lebih baik dari
alternative lain.
Alokasi
merupakan usaha akuntansi untuk mengasosiasi biaya dan pendapatan secara lebih
layak bila tidak terdapat basis untu mengasosiasikan secara langsung atas dasar
sebab-akibat. Bila alokasi dianggap suatu teori, alokasi dapat dipertahankan
secara filosofis dengan semangat refutasi ilmiah dan prinsip ketersalahan.
Pembebanan
Arbitrer
Penandingan arbitrer tidak selalu berkaitan dengan
pengakuan rugi, kos suatu potensi jasa akan segera diakui sebagai biaya atau
rugi kalau terbukti bahwa manfaat ekonomiknya menjadi lenyap atau berkurang.
Dalam hal biaya, berkurangnya manfaat ekonomis disebabkan pada umumnya oleh
pemakaian atau pemanfaatan potensi jasa dalam rangka menghasilkan pendapatan.
Dalam hal rugi, berkurangnya manfaat disebabkan oleh hal-hal yang peripheral
dan incidental terhadap proses memperoleh pendapatan.
Penanding dan Penyajian
Pos-Pos Biaya
Telah
disebutkan sebelumnya bahwa untuk penyusunan statemen laba-rugi periodic,
pendapatan ditakar lebih dahulu dan baru kemudian biaya yang tepat dimasukkan
dalam penakaran yang sama sehingga laba yang tepat dapat ditentukan.
Masalah
pembebanan kos dan basis asosiasi dai atas berlaku untuk semua jenis potensi
jasa. Masalah khusu terjaddi dalam hal sediaan dan asset tetap, khususnya
fasilitas fisis yaitu gedung/pabrik dan perlengkapan. Uraian berikut membahas
masalah teoritis yang menyangkut pos-pos tersebut:
Sediaan
Secara umum masalah teoritis sediaan berkaitan dengan
pengukuran kos barang terjual dalam rangka penandingan dengan pendapatan dan
masalah penilaian. Proses pengukuran dan penilaian pada umumnya dilakukan pada
akhir perioda. Dengan demikian masalah pengukuran dan penilaian sediaan pada
akhir perioda dapat dinyatakan sebagai berikut:
- Penentuan besarnya kos barang terjual
untuk ditandingkan dengan penjualan sehingga dapat ditentukan besarnya
laba perusahaan. Penentuan ini melibatkan berbagai metoda asosiasi sebagai
dasar pemecahan kos produksi menjadi kos yang melekat pada sediaan dan
yang melekat pada barang terjual.
- Penentuan nilai sediaan
sebagai unsur asset lancar perusahaan. Penentuan nilai sediaan sangat
penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan.
Pembahasan
difokuskan kepada masalah yang pertama, karena aliran kos tidak selalu
mengikuti secara persis aliran fisis barang, diperlukan metoda asosiasi yang
paling menggambarkan kegiatan operasi sesungguhnya sehingga penandingan yang
tepat antara biaya dan pendapatan dapat dicapai.
Metoda
Asosiasi
Metoda asosiasi dapat diartikan sebagai asumsi aliran kos
dalam mengikuti aliran fisis barang. Dalam banyak hal, setiap kali pembelian
atau pengangkatan produksi melibatkan kos per unit yang berbeda. Metoda
asosiasi atau asumsi aliran kos yang telah dikenal adalah:
- Identifikasi khusus (specific identification)
- Masuk pertama keluar
pertama/MPKP (first-in, first-out /
FIFO)
- Rata-rata berbobot (weighted average)
- Sediaan normal/minimal (normal stock)
- Masuk terakhir keluar
pertama/MTKP (last-in,
first-out/LIFO)
Dasar
metoda sangat tergantung pada tujuan atau kondisi yang dihadapi perusahaan.
Beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan dasar pemilihan metoda dapat disebut
sebagai berikut:
- Kos harus diidentifikasi
dengan unit fisis barang yang diukur
- Operasi perusahaan harus
dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang berturutan dan kontinus
bukannya serangkaian projek-projek yang tepisah-pisah.
- Kalau tujuan barang ditekankan
pada penilaian sediaan dengan harga paling akhir, asosiasi kos akan
ditunjukan pada sediaan barang dengan menggunakan kos yang paling akhir
dan kos barang terjual merupakan angka residual.
- Asosiasi atas dasar kos tetap
harus dilakukan tetapi kemudian dilakukan penilaian atas sediaan akhir
untuk menentukan adanya untung atau rugi fluktuasi harga.
Identifikasi
Khusus
Kalau tujuan asosiasi adalah penandingan yang tepat
antara pendapatan tertentu dan kos tertentu, metoda ini adalah yang paling
ideal. Namun demikian, metoda ini mengandung beberapa kelemahan antara lain:
- Identifikasi khusus tidak
memberi niali tambah informasi
- Untuk jenis barang yang
homogen da harganya relative murah, metoda ini jadi terlalu mahal dan
tidak sepadan dengan nilai tambah informasi yang diperoleh.
- Metoda ini dapat digunakan
sebagai alat manipulasi laba atau earnings
management.
Masuk
Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Metoda ini berasumsi bahwa faktor kos mengalir melalui
perusahaan secara berurutan seperti antrean; tidak ada saling mendahului.
Metoda ini sangat logis alam merefleksi asosiasi sebab-akibat karena dangat
sederhana dan jelas untuk memecah kos ke dalam dua komponen (sediaan dan barang
terjual) atas dasar kos yang benar-benar melekat dalam kedua komponen tersebut.
Jadi, kalau penandingan secara tepat biaya dan pendapatan
menjadi tujuan, metoda ini paling didukung atas dasar argument berikut:
- Metoda ini sistematik dan
kinsisten dengan aliran fisis yang sesungguhnya sehingga penandingan yang
ideal dipenuhi.
- Untung atau rugi karena
fluktuasi harga dengan sendiri terealisasi dan diakui bersamaan dengan
terjualnya barang walaupun tidak disajikan secara terpisah dan melekat
dalam angka laba.
- Penyajian sediaan akhir dalam
neraca akan menggambarkan kos yang mendekati kos sekarang atau kos
pengganti.
Rata-rata
Berbobot
Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi
peleburan faktor produksi yang sama selama satu perioda menjadi satu massa yang
homogenus. Artinya, bahan baku tertentu yang dibeli berkali-kali atau produk
yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam suatu perioda dianggap
sebagai satu kesatuan (massa).
Metoda asosiasi yang mirip dengan metoda rata-rata
berbobot adalah perbandingan harga jual eceran (retail inventory method). Metoda ini merupakan metoda taksiran dan
tidak mendasarkan diri pada liran kos. Metoda ini jarang digunakan untuk
penilaian dalam rangka pelaporan resmi (eksternal) karena kurang merefleksi
konsep penandingan yang tepat. Metoda ini lebih sering digunakan untuk tujuan
penyusunan laporan keuangan interim atau tujuan khusus seperti taksiran niali
sediaan yang rusak akibat suatu musibah dalam hal perusahaan menggunakan sistem
sediaan fisis.
Selain metoda harga ecer, metoda laba kotor dapat
dijadikan sebagai alternative metoda asosiasi. Metoda laba kotor didasarkan
pada perbandingan pada pengalaman perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya
sehingga metoda ini sama sekali tidak menggambarkan atau mendekati aliran kos
yang sebenarnya,
Sediaan
normal
Metoda ini sering
disebut dengan metoda sediaan permanen. Dengan metoda ini dianggap perusahaan
melakukan investasi permanen dalam sediaan. Tujuannya adalah penandingan
pendapatan sekarang dengan kos sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan
pelaporan untung atau rugi sediaan fluktuasi harga. Metode ini menyajikan
sediaan di neraca harga satuan yag cukup pasti.
Masuk
terakhir keluar pertama
Metoda ini berasumsi
bahwa sediaan merupakan aset tetap yang tidak berkaitan dengan aliran kos.
Dengan demikian , begitu sejumla sediaan tertentu telah tertimbun maka aliran
faktor kos berikutnya dianggap hanya melewati timbunan tersebut dan langsung
melekat pada penjualan. Pendukung metoda ini mengajukan argumen sebagai berikut
:
·
Memudahkan
penandingan kos sekarang dengan pendapatan sekarang
·
Kalau
harga cenderung naik, sediaan barang akan tersaji dengan jumlah rupiah yang
cukup konservatif
·
Laba
operasi tidak tercemar oleh untung rugi fluktuasi harga atau penumpukan barang
·
Dalam
kondisi harga yang berfluktuasi dari tahun ke tahun, metoda ini dapat menjadi
alat peralatan laba tahunan secara sistematis
Walaupun dari satu sisi
MTKP mempunyai beberapa keunggulan untuk pelaporan keuangan, beberapa kritik
diajukan terhadap metoda ini yaitu:
a.
penilaian sediaan untuk tujuan penyajian
di neraca tidak menggambarkan potensi jasa yang sesungguhnya dan kemungkinan
tidak mempunyai arti ekonomik lagi karena kos yang digunakan adalah kos yang
sudah usang.
b.
Metoda MTKP bukan merupakan metoda untuk
mengatasi perubahan tingkat harga umum (daya beli) sering dijadikan alasan
untuk penggunaan metoda ini.
c.
Metode ini bertentangan dengan aliran
fisis yang sesungguhnya sehingga tidak menggambarkan laba operasi perusahaan
atas dasar kegiatan yang kronologis.
d.
Kalau penggunaan/penjualan barang
melebihin sediaan yang dianggap pemanen, akan terjadi penandingan antara
pendapatan sekarang dengan kos masa lalu yang sudah usang sehingga laba akan
tidak menggambarkan kemampuan operasi perusahaan tetapi sekadar berisi
akumulasi untung atau rugi menahan sediaan yang mula-mula dimiliki perusahaan
pada saat metode mulai MTKP diterapkan.
e.
Alasan untuk meratakan laba dengan
metoda ini tidak didukung sama sekali oeh konsep pelaporan atas dasar
kontinuitas usaha.
f.
Bila informasi untung dan rugi fluktuasi
harus diungkapkan, metoda MTKP secara automatis justru menyembunyikannya dalam
aba operasi sehingga dapat menyesatkan pemakai statemen keuangan.
Keberatan lain adalah
bahwa laba operasi akan menjadi tercemai udara dengan untung atau rugi
fluktuasi harga.
Basis penentuan nilai
sediaan dengan metode MTKP biasanya unit fisis, artinya jumlah rupiah sediaan
ditentukan atas dasar uniit fisis dikalikan dengan kos per unit. Sehingga
perusahaan harus mempunyai catatan yang cukup lengkap tentang jenis sediaan dan
riwayat kos per unit tiap jenis sediaan.
Metoda MTKP nilai
rupiah digunakan khususnya untuk sediaan yang sifatnya musiman agar manfaat
MTKP tetap dapat dinikmati. Metoda ini biasanya diterapkan untuk suatu
kelompok/ kelas barang (inventory pool)
yang mempunyai spesifikasi berbeda tetapi mempunyai karakteristik fisis yang
sama.
Implikasi
Metoda Asosiasi Terhadap Laba
Dalam
bidang-bidang usaha, tertentu yang volume penjualan dan harga bahan-bahanya
berfluktuasi cukup besar antarperioda, metoda MTKP mendapat dukungan kuat
sebagai salah satu cara untuk menstabilkan laba periodik sampai tingkat
tertentu.
Ketidaktelitian dalam
penelusuran ini akhirnya akan menghasilakn pemecahan kos juga menjadi tidak
teliti dan pada gilirannya angka laba yang diperoleh tidak menunjukkan angka
ideal. Jadi, jelaslah bahwa dalam kondisi operasi perusahaan modern yang
kompleks, apa yang dapat dicapai dalam penentuan laba periodik sebenarnya tidak
dapat diharapkan lebih daripada pengukuran yang mendekati ideal.
Fasilitas
Fisis
Kos yang terjadi pada
saat pemerolehan pada umumnya diakui sebagai aset dan baru kemudian kos
tersebut diakui sebagai biaya sesuai dengan pola penyerapan manfaat yang
direpresentasi dengan kos.
Karakteristik
dan Tujuan Pelaporan
Semua aset mempunyai
karakteristik umum yaitu merupakan potensi jasa yang dapa dimanfaatkan oleh
perusahaan dalam kegiatan operasinya. Fasilitas fisis mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
A.
Berwujud fisis dan diakui oleh
perusahaan untuk mengolah dan memperlancar kegiatan operasi kegitan operasi
perusahaan.
B.
Pada umumnya berumur panjang walaupun
terbatas sehingga perlu pengganti.
C.
Bernilai bagi perusahaan lantara
kekuasaan atau hak perusahaan untuk menggunakannya lantaran hak miliknya.
D.
Pada umumnya merupakan aset nonmoneter
dan manfaat yang dapat diberikan berupa potensi jasa (service potentials) bukan hanya beli atau ketertukarannya (exchangeability).
Karakteristik
yang demikian menyebabkan tujuan pelaporan dan pengukuran fasilitas fisis ini
adalah untuk menentukan penggunaan jasa dalam suatu perioda yang diperkirakan
telah menghasilkan pendapat. Tujuan yang lain adalah memberi informasi kepada
pemakai laporan tentang kuantitas fisis dan kapasitas atau daya (potensi jasa)
yang masih melekat pada aset fisis tersebut.
Atas
dasar karakteristik dan tujuan pelaporan di atas, Pton dan Littleton
mengemukakan beberapa gagasan pokok mengenai akuntansi fasilitas fisik yaitu:
a.
Bahwa kos fasilitas fisis sengaja
diperoleh untuk memungkinkan terjadinya roduksi barang dan jas asebagaimana
faktor produksi lainnya misalnya sediaan.
b.
Bahwa kos fasilitas fisis harus
dibebankan ke operasi dengan cara yang sistematis dengan memperhatika segala
faktor yang berpengaruh.
c.
Bahwa kos fasiitas fisis yang berkaitan
dengan kegiatan operasi di masa mendatang pada hakekatnya merupakan suatu
bentuk beban tangguhan dan harus dilaporkan di neraca dalam kelompk dan dengan
nama yang tepat.
Istilah
Istilah yang digunakan
untuk menunjukkan aset yang mempunyai karakteristik di atas tentunya harus
cukup deskriptif untuk memudahkan klasifikasi.
Aset tetap berwujud
memang lebih deskriptif waaupun belum menggambarkan sifat sebagai aset yang
digunakan dalam operasi.
Aset jangka panjang
jelas tidak deskriptif karena istilah ini akan mencakupi pula aset takberwujud
seperti asuransi dibayar di muka dan pembayaran di muka lainnya.
Dalam hal perusahaan
nonpemanufakturan mungkin istilah gedung dan perlengkapan dapat dipakai
sedangkan untuk perusahaan pemanufakturan istilah pabrik dan perlengkapan dapat
digunakan. Istilah fasilitas fisis sebenanya cukup deskriptif untuk
menggambarkan karakteristik aset yang masuk dalam pengertian property, plant, and equipment.
Basis
Pembebanan
Masalah unik yang
berkaitan dengan penyerapan manfaat fasilitas fisis alah penentuan kapasitas
taksiran dalam kondisi tertentu dan pola penyerapan manfaat sampai dapat
dikaitkan bahwa manfaat tersebut habis.
Makna
Depresiasi
Tujuan memperoleh
fasilitas fisis adalah untuk menghasilkan produk dan produk bersangkutan adalah
seluruh unit produk yang dihasilkan selama umur efektif fasilitas bersangkutan
bukannya selama tahun tertentu. Fasilitas fisis merupakan suatuediaan´jasa (service-capacity) dan jasa tersebut akan
tersedia sepanjang umur ekonomik aset tersebut.
Paton dan Littleton
(1970) mengemukakan hal ini sebagai berikut:
Plant renders an essential service
to production, and its cost is a form of deffered charge which should be gradually
absorbed in the cost of production (hlm 65).
Depresiasi
Sebagai Proses Akumulasi Dana
Konsep pemertahanan
sumber daya semacam ini disebut konsep pemertahanan kapital (capital maintenance concept) yang akan
diuraikan lebih lanjtu dalam pembahasan laba.
Pengakuan biaya
depresiasi tidak mempunyai kaitan langsung dengan masalah penggantian. Kalau
laba periodik akan diukur dengan tepat maka perlu untuk menandingkan pendapatan
dengan semua biaya yang layak termasuk depresiasi dengan proses ini akan tetap
dilakukan walaupun tidak ada rencana untuk mengganti fasilitas fisis.
Depresiasi
Sebagai Proses Penilaian
Kelemahan pendefinisian
depresiasi bahwa alokasi sistematik dalam banyak hal tidak merepresentasi
fenomena atau kegiatan operasi yang sesungguhnya.
Salah satu
pendefinisian secara sistematik adalah depresiasi dipandang sebagai penurunan
potensi jasa (decline in service
potential) selama perioda operasi akibat keausan fisik,, konsumsi manfaat,
atau keusangan teknologis.
Bila fasilitas fisis
dipandang sebagai suatu kapital (caital),
depresiasi merupakan penurunan nilai kapital bukan hanya karena konsumsi
melainkan juga karena keausan, keusangan, dan faktor ekonomi lainnya. Berikut
ini beberapa pendekatan penialian kapital awal dan akhir perioda untuk menentukan
depresiasi sebagai penurunan nilai.
Nilai
Setara Tunai (current
cah equivalents). Penurunan nilai fasilitas fisis ditentukan dengan cara
menghitung selisih nilai setara tunai pada awal dan akhir perioda.
Kontribusi Pendapatan
Neto Diskunan (discounted
net revenue contribution). Penilaian fasilitas fisis pada tiap awal perioda
tertentu dapat atas tingkat kembalian (rate
of return) investasi bebas resiko atau tingkat bunga umum yang berlaku.
Penilaian fasilitas fisis pada tiap awal perioda tertentu dapat diformulasi
sebagai berikut:

Dalam
hal ini :


r =Tarif diskun
atau tingkat kembalian investasi.
n =Banyaknya
perioda yang menikmati manfaat.
Depresiasi
untuk perioda 

Depresiasi
Sebagai Sarana Penandingan
Kos
dengan Kontribusi Pendapatan Neto
Perbedaan
pola penyerapan tidak langsung didasarkan atas penyerapan jasa tetapi atas
dasar pendapatan neto yang dihasilkan oleh fasilitas fisis bersangkutan. Kos
disebar selama umur aset dasar proporsi atau rasio koe terhadap kontribusi
pendapatan neto total :
R=C

Dalam
hal ini :
R= Rasio kos historis terhadapa
kontrobusi pendapatan total.
C=
Kos terdepresiasi (depreciable cost)
yaitu kos pemerolehan dikurangi taksiran nilai residual.
Kp=
Kontribusi aliran kas neto untuk tiap perioda p.
n= Banyaknya perioda yang
menikmati manfaat.
Atas
dasar rasio di atas, depresiasi untuk suatu perioda (Dp) dapat ditentukan sebagai berikut:

Metoda Alokasi
Metoda
yang paling rasional adalah metoda yang mendasarkan diri pada aliran penerapan
kapasitas jasa. Metoda yang peliang tepat adalah Metoda unit produksi.
Hubugan Depresiasi dan
Laba
Penentuan
laba haruslah merupakan akibat suatu upaya untuk mengungkapkan kenyataan
objektif yang ada tanpa memperhatikan berapa akhirnya laba yang terjadi.
Koreksi Terhadap
Kesalahan Taksiran
Pemberhentian
dari pengguanaan terjadi maka kos yang melekat pada fasiitas tersebut juga
harus dihentikan, artinya tidak dapat lagi dibebankan ke produksi setelah
pemberhentian. Mengkapitalisasi rugi pemberhentian sama saja dengan menyangkal
adanya rugi.
Tanah
Fungsi
tanah untuk menyediakan jasa ditempati tanpa batas waktu (selamanya) cukup
menjadi alasan kebijakan untuk memperlakukan kos tanah sebagai investasi
permanen dalam fasilitas produksi. Karena karakteristik kos tanah sebgai
investasi permanen, tanah tersebut perlu dipisahkan dari fasiitas fisis lain
yang dapat didepresiasi dalam pelaporannya.
Tanah
bukan hak milik permanen
Kos tanah sewa guna,
tanah hak guna bangunan atau bentuk investasi nonpermanen lainnya dalam bentuk
tanh harus secara sistematik dibebankan ke produksi selama umur ekonomik atau
selama jangka kontarak. Dalam kondisi tertentu, tanah pertanian tidak dapat
diperlakukan sebagai investasi permanen. Kesuburan tanah dipengaruhi oleh
frekuensi panen dan lapisan tanah, tanah yang terkena erosi menjadi tidak subur
dan mengakibatkan tanah tersebut secara ekonomik tidak dapat ditanami lagi.
Jadi, dengan akuntansi pengeluaran untuk menyuburkan tanah lagi akan menjadi
kos tanah yang akhirnya akan terdepresiasi.
Sumber
alam
Sumber alam yang hanis
melalui proses penambangan dan tidak dapat diperbarui atau diganti sering
disebut “aset habis pakai”. Kos sumber alam tersebut harus diserap secara
sistematik ke produksi atas dasar pengambilan atau konsumsi.
Aset
tak berwujud
Hak cipta, paten, merek
dagang , goodwill, dan kos organisasi adalah contoh aset tak berwujud. Kos
asettak berwujud secarasistematik dibebankan ke operasi dan akhirnya terhadap
pendapatan selama umur yuridisnya. Dalam kasus tertentu dimungkinkan untuk
menyerap kos tersebut dalam waktu yang lebih pendek dari umur yuridisnya.
Penghapusan langsung seluruh kos sebagai rugi harus segera dilakukan kalau
kondisi menunjukkan bahwa aset tak berwujud tersebut tidak lagi mempunyai arti
ekonomik yang penting.
Goodwill
Goodwill timbul apabila
suatu perusahaaan membeli perusahaan lain yang sudah berjakan secara
keseluruhan. Goodwil adalah selisih julmlah rupiah tunai atau setaranya yang
dibayarkan oleh perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajaratau nilai buku
kekayaan fisis perusahaan yang dibeli.
Kos
organisasi
Pengeluaran-pengeluaran
yang terjadi sebelum perusahaan mulai beroprasi biasanya ditampung dalam satu
akun menjadi kos pendirian atau kos organisasi. Pengeluaran tersebut meliputi
kos pencetakan saham, tarif akte notaris, pengeluaran untuk ijin perusahaan,
dan kos kegiatan selama proses pendirian. Kos organisasi dikelompokkan sebagai
aset tak berwujud karena kos tersebut tidak dapat dikaitkan dengan aset tetap
berwujud yang ada dalam perusahaan.
Penyajian
biaya
Penyajian biaya tidak
dapat dilekpaskan dari penyajian pendapatan dan sarana untuk itu adalah
statemen laba rugi. Penyajian elemen pendapatan, untung, biaya dan rugi
bergantung pada konsep tentang apa saja yang membentuk laba.
Kesimpulan
Kos
sebagai bahan olahan akuntansi mengalami tiga tahap perlakuan yaitu pengukuran,
penelusuran, dan pembebanan.
Untuk
mengatakan biaya timbul, harus ada yang menyatakan transaksi tau kejadian yang
menurunkan aset atau menimbulkan aliran aset keluar atau sumber ekonomik.
Biaya
adalah penurunan aset yang berkaitan dengan operasi dan bukan investasi dan
pendanaan
Semua
badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan aset
tetapi juga dari kenaikan kewajiban
Definisi
APB dan IAI secara eksplisit menyebutkan bahwa penurunan aset akhirnya akan mengubah
ekuitas atau menurunkan ekuitas
Tujuan
memperoleh fasilitas fisis adalah untuk menghasilkan produk dan produk
bersangkutan adalah seluruh unit produk yang dihasilkan selama umur efektif
fasilitas bersangkutan bukannya selama tahun tertentu. Fasilitas fisis
merupakan suatuediaan´jasa (service-capacity)
dan jasa tersebut akan tersedia sepanjang umur ekonomik aset tersebut.
Kos tanah sewa guna,
tanah hak guna bangunan atau bentuk investasi nonpermanen lainnya dalam bentuk
tanh harus secara sistematik dibebankan ke produksi selama umur ekonomik atau
selama jangka kontarak. Dalam kondisi tertentu, tanah pertanian tidak dapat
diperlakukan sebagai investasi permanen. Kesuburan tanah dipengaruhi oleh
frekuensi panen dan lapisan tanah, tanah yang terkena erosi menjadi tidak subur
dan mengakibatkan tanah tersebut secara ekonomik tidak dapat ditanami lagi.
Jadi, dengan akuntansi pengeluaran untuk menyuburkan tanah lagi akan menjadi
kos tanah yang akhirnya akan terdepresiasi.
Comments
Post a Comment